PENTINGNYA IKS SEBAGAI TOLOK UKUR KESALEHAN SOSIAL DI KABUPATEN BANJAR

MARTAPURA – Pemerintah Kabupaten Banjar menyoroti pentingnya Indeks Kesalehan Sosial (IKS) sebagai tolak ukur pembangunan sosial yang komprehensif. IKS diharapkan menjadi alat ukur untuk menilai tingkat kesalehan sosial di masyarakat, mencakup aspek kepedulian, solidaritas, serta partisipasi aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Demi mencapai tujuan tersebut, Pemerintah Kabupaten Banjar bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Islam Kalimantan (UNISKA) Muhammad Arsyad al Banjari dalam penelitian bertajuk “Kajian Indeks Kesalehan Sosial (IKS) Kabupaten Banjar 2024.”

Berdasarkan hal tersebut melaluai Bappedalitbang Banjar khususnya bidang Litbang dan Inovasi dilaksanakan Kegiatan Ekspose Pendahuluan Penelitian pada Selasa (5/11/2024), di Aula Bauntung Bappedalitbang Banjar, dipimpin langsung oleh Kepala Bappedalitbang Kabupaten Banjar, Nashrullah Shadiq, didampingi Sekretaris Bappedalitbang, Hanafi.

Dalam sambutannya, Nashrullah menyatakan bahwa pembangunan di Kabupaten Banjar tidak hanya mengedepankan aspek fisik dan ekonomi, tetapi juga nilai-nilai sosial dan keagamaan yang kuat.

“IKS akan mencakup indikator-indikator yang mencerminkan nilai kesalehan sosial, seperti partisipasi masyarakat dalam kegiatan sosial serta peran aktif dalam menjaga keharmonisan sosial,” ungkap Nashrullah.

Ia menambahkan, “Kami berharap peserta rapat dapat memberikan dukungan dalam penyediaan data yang diperlukan, sehingga indeks ini benar-benar dapat mewakili keberagaman di Kabupaten Banjar.”

Menurut Nashrullah, pengukuran IKS tidak hanya akan mendorong masyarakat untuk semakin aktif dalam kegiatan sosial, tetapi juga menjadi dasar bagi pemerintah daerah dalam mengidentifikasi tantangan sosial yang perlu diatasi. “Dengan IKS, Kabupaten Banjar bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara menyeluruh, tidak hanya secara material, tetapi juga spiritual dan sosial,” jelasnya.

Zakky, anggota tim peneliti dari LPPM UNISKA yang diketuai Dr. Hj. Mardiana, S.Sos, M.I.Kom, menjelaskan bahwa kesalehan tidak hanya terkait dengan agama Islam, tetapi juga prinsip-prinsip kebaikan universal yang ada pada agama-agama lain. “Prinsip kesalehan mendasari umat manusia dalam menginternalisasi norma-norma agama dan nilai-nilai moral untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,” tuturnya.

Zakky juga memaparkan bahwa metode penelitian ini akan menggunakan pendekatan enam tahapan, meliputi Desain Kajian, Unit Analisis, Pelaksanaan Kegiatan, Variabel Penelitian, Pengumpulan Data, dan Pendekatan Analisis. Pendekatan kuantitatif deskriptif digunakan untuk menggambarkan tingkat kesalehan sosial masyarakat berdasarkan data numerik, sehingga hasilnya objektif dan menyeluruh.

Dalam menentukan sampel penelitian, digunakan metode proporsional berdasarkan populasi masing-masing kecamatan. Berdasarkan total populasi Kabupaten Banjar sebesar 575.115 jiwa, jumlah sampel ideal dihitung menggunakan rumus Slovin dengan tingkat signifikansi 5%, menghasilkan sekitar 400 responden.

Ekspose pendahuluan yang diisi dengan diskusi interaktif ini dihadiri berbagai pihak, termasuk perwakilan dari Kantor Kementerian Agama, Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup, Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, Sekretariat Daerah Kabupaten Banjar, beberapa kecamatan, serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Banjar.

Melalui kegiatan ekspose pendahuluan ini, Pemerintah Kabupaten Banjar optimis bahwa penelitian IKS ini akan membawa rekomendasi yang konkret dan aplikatif untuk meningkatkan kualitas kehidupan sosial yang berlandaskan nilai-nilai kesalehan di Kabupaten Banjar.(Ione/Bappedalitbang)

Source:: BAPPEDA

Comments
Loading...