BAPPEDALITBANG BANJAR GELAR EKSPOSE ANTARA MASTERPLAN PENANGGULANGAN BANJIR: WUJUDKAN DAERAH YANG TANGGUH BENCANA

MARTAPURA – Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Penelitian dan Pengembangan (Bappedalitbang) Kabupaten Banjar melalui Bidang Penelitian, Pengembangan, dan Inovasi (PPI) menggelar kegiatan Ekspose Antara Penelitian Penyusunan Masterplan Penanggulangan Banjir di Aula Bauntung, Rabu pagi. Kegiatan dibuka oleh Sekretaris Bappedalitbang Banjar, Hanafi, mewakili Kepala Badan, didampingi Kabid PPI Nuri Ansyari.

Dalam sambutannya, Hanafi menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menyusun arah kebijakan pengendalian banjir yang komprehensif dan berbasis data.

“Kami berharap kegiatan ini menjadi forum terbuka untuk memberikan masukan yang konstruktif. Hasil penelitian nantinya harus benar-benar aplikatif dan menjadi acuan strategis dalam menekan risiko banjir di Kabupaten Banjar,” ujarnya.

Paparan teknis disampaikan oleh Ulfa Fitriani, mewakili Ketua Tim Peneliti dari LPPM Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Sunardi, yang menjelaskan hasil survei lapangan di sejumlah wilayah rawan banjir seperti Sungai Martapura, Riam Kanan, Riam Kiwa, Sungai Gambut, dan Aluh-Aluh. Survei dilakukan dengan metode kombinasi antara pengukuran lapangan menggunakan RTK GNSS CHCNAV i73+, pemetaan udara melalui drone DJI Air 3, serta kuesioner langsung dan daring di 196 desa dari 20 kecamatan.

Dari hasil survei, sebanyak 151 desa teridentifikasi terdampak banjir, dengan 42 persen mengalami kejadian lebih dari sekali dalam setahun. Durasi genangan di sejumlah lokasi bahkan mencapai lebih dari tiga hari, dan 52 persen responden melaporkan kedalaman air banjir melebihi 40 cm. Analisis memperlihatkan bahwa penyebab utama banjir meliputi curah hujan tinggi, kapasitas sungai yang terbatas, sedimentasi, serta alih fungsi lahan dan sistem drainase yang kurang optimal.

Dalam pemaparannya, tim peneliti juga menunjukkan hasil analisis hidrologi, hidraulika, tata ruang, dan infrastruktur dengan pemanfaatan perangkat lunak HEC-RAS untuk pemodelan profil muka air dan simulasi aliran. Kecamatan Aranio, Aluh-Aluh, dan Sungai Tabuk disebut memiliki bahaya banjir tertinggi, sementara Kertak Hanyar dan Martapura menjadi wilayah dengan risiko terbesar.

Kabid PPI Nuri Ansyari selaku moderator menambahkan bahwa masukan dari para peserta sangat diperlukan untuk penyempurnaan dokumen masterplan.

“Masukan dari OPD, akademisi, dan masyarakat sangat berharga agar dokumen ini tidak hanya menjadi laporan, tetapi panduan nyata dalam mengurangi dampak banjir di Banjar,” tuturnya.

Melalui diskusi interaktif, berbagai ide dan saran muncul terkait penataan ruang, pemeliharaan sungai, hingga pentingnya edukasi masyarakat tentang mitigasi. Tim peneliti menegaskan bahwa strategi ke depan tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik seperti bendungan, kolam retensi, polder, dan tanggul, tetapi juga aspek non-struktural seperti pengelolaan DAS, pengaturan tata guna lahan, sistem peringatan dini, dan peningkatan partisipasi masyarakat.

Kegiatan ini menjadi bagian penting dalam rangkaian penyusunan Masterplan Penanggulangan Banjir Kabupaten Banjar, yang diharapkan selesai pada tahap akhir penelitian beberapa bulan mendatang.

 “Kita semua berharap hasil akhir nanti menjadi panduan terpadu untuk mewujudkan Banjar yang lebih aman, tangguh, dan adaptif terhadap perubahan iklim,” pungkas Nuri.(Ione/Brigade Bappedalitbang)

Source:: BAPPEDA

Comments
Loading...