Diprediksi Kembali Terjadi, Peningkatan Mitigasi Bencana Harus Dilakukan
MARTAPURA,- Gempa bumi akibat patahan Meratus yang terjadi 13 Februari lalu di Kalimantan Selatan terjadi dibeberapa desa di 5 kecamatan. Yakni Kecamatan Binuang dan Hatungun di Kabupaten Tapin dan Kecamatan Sambung Makmur, Simpang Empat dan Telaga Bauntung di Kabupaten Banjar. Sehingga gempa bumi merusak ini disebut Gempa Bumi Tapin Banjar.
Hal tersebut disampaikan ahli geologi Dr Supartoyo ST., MT. dari Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) RI, saat gelaran talkshow di Radio Suara Banjar, Rabu (28/2/2024) pagi.
Dikatakan, gempa bumi dengan Magnitudo 4,7 dengan kedalaman 10 kilometer tersebut banyak menyebabkan kerusakan terutama di 3 kecamatan di Kabupaten Banjar dengan skala MMI (Modified Mercally Intensity)
dari 4 hingga 5 MMI namun untungnya tidak menimbulkan korban jiwa.
“Sebenarnya yang menyebabkan korban jiwa bukan karena gempanya, akan tetapi korban tertimpa bangunannya yang jatuh,” ujarnya.
Maka dari itu lanjut Supartoyo diperlukan peningkatakn mitigasi bencana oleh pemerintah dan penduduk setempat. Karena wilayah yang pernah terjadi gempa bumi suatu saat peristiwa serupa dipastikan akan kembali terjadi, hanya saja tidak bisa diprediksi kapan waktunya.
“Ini harus dipublikasikan ke masyarakat, wajib, bukan untuk menakut nakuti, tapi mengedukasi masyarakat agar selalu siap dengan mitigasi bencana yang harus disosialisasikan oleh pemerintah. Kalau perlu ada muatan lokal dibidang pendidikan, untuk memberikan pengetahuan apa yang harus dilakukan siswa jika gempa terjadi,” ucapnya.
Supartoyo menyebut peristiwa gempa bumi yang terjadi 13 Februrai 2024 di beberapa kecamatan di Kabupaten Banjar adalah yang kedua kalinya. Yang pertama terjadi sekitar 55 tahun silam. Hal itu diketahui dari hasil observasi dengan beberapa warga atau saksi hidup yang pernah mengalaminya. Menurunya, mitigasi bencana harus dilakukan. Bukan hanya tanggung jawab pemerintah akan tetapi semua pihak, masyarakat, dunia pendidikan dan dunia usaha.
“Seperti Jogyakarta salah satu provinsi terbaik mitigasi bencananya. Mereka punya sekolah tangguh bencana, desa tangguh bencana,,” terangnya mencontohkan.
Ia menyebut ada beberapa kendala yang dihadapi oleh timnya saat observasi yakni minim data, cuaca hujan, serta sulitnya medan yang dilalui.
“Data yang terdampak cuma ada di BPBD Banjar kalau provinsi dan Tapin tidak ada,” ujarnya.
Sementara terkait laporan rekomendasi teknis hasil obsevasi terhadap 5 kecamatan sendiri akan diserahkan kepada pemerintah daerah setelah selesai mengolah data dalam beberapa pekan ke depan.
Reporter : Bagus F
Editor : Ronny Lattar
Uploader : Suhendra
Source:: INFOPUBLIK