Hand Sanitizer, Air Bunga Mawar dan Melati Strategi Dinas TPH Kab. Banjar pertahankan perekonomian Petani Bunga disaat Pendemi Covid 19
Kabupaten Banjar merupakan Salah satu sentra pengembangan Melati dan Mawar di Indonesia bahkan satu-satunya di Provinsi Kalimantan Selatan yang tersebar di 2 Kecamatan yaitu Martapura (Desa Labuan Tabu, Desa Bincau) dan Karang Intan (Desa Jingah Habang Ilir, Desa Jingah Habang Ulu, Pandak Daun). Petani bunga di lima desa ini membudidayakan lebih dari satu jenis bunga, petani melaksanakan mixed farming komoditas florikultura seperti mawar, melati, dan kenanga di lahan pekarangan milik petani tersebut, sedangkan pada lahan usahataninya dibuat dalam bentuk kawasan florikultura melati sering kali di mixed dengan tanaman bunga kenanga yang berfungsi sebagai tanaman pagar atau pembatas lahan pada masing-masing petani, sehingga kelima desa tersebut di juluki sebagai Kampung Bunga Kabupaten Banjar.
Luas lahan existing komoditas bunga mawar sekitar 5,271 ha dengan total produksi harian sekitar 42 kg/ha ( 612.500 kuntum/ha) luas lahan komoditas bunga melati 21,36 ha dengan total produksi harian sekitar 44 kg/ha (528 gelas/ha), sedangkan luas lahan bunga Kenanga sekitar 24,68 ha dengan total produksi harian sekitar 48 kg/ha
Budidaya Florikultura di Kabupaten Banjar memiliki prosfek ekonomi yang sangat menjanjikan mengingat dalam rangkaian kegiatan adat dan keagamaan masyarakat Banjar tidak terlepas dari budaya kembang (Bunga) sehingga kebutuhan akan bunga sangat tinggi baik untuk kebutuhan didalam daerah mapun diluar daerah Kab. Banjar
Sejak awal Maret lalu saat pendemi virus corona melanda negeri, banyak yang merasakan dampak langsung salah satunya semua petani bunga mawar dan melati di Kab. Banjar keluhkan harga bunga baik harga di tingkat produsen, grosir, maupun eceran
Ana, petani bunga di Desa Jingah Habang Ilir Kec. Karang Intan Kab. Banjar, mengatakan ini merupakan pertama dalam sejarah selama 20 tahun menjadi petani bunga, baru kali ini harga bunga mawar dan melati turun drastis bahkan tidak laku. Situasinya tidak seperti hari-hari biasanya sebelum ada wabah corona,†kata Ana, Rabu (18/4/2020).
Biasanya setiap hari kami selalu panen bunga melati dan mawar, untuk dijadikan rangkaian bunga seperti payung kembang, kembang sarai untuk acara adat maupun keagaman, kembang barenteng dab kembang tabur untuk wisata religi atau berziarah serta roncean bunga mawar dan melati untuk pernikahan namun berbeda pada kondisi sekarang, panen pun tidak menentu bahkan tidak panen sama sekali, karena saat ini tidak adanya orang melaksanakan pernikahan, acara adat, dan keagaman karena ada larangan untuk melaksanakan acara yang mengundang orang banyak dengan tujuan memutus rantai penyebaran Covid 19, sehingga banyak acara atau hajatan yang memerlukan bunga melati dan mawar ditunda sementara waktu. Bahkan kubah ulama besar sebagai tempat wisata relegi di Kabupaten Banjar Seperti Guru Sakumpul dan kubah Datu Kelampaian untuk sementara waktu ditutup sampai waktu yang belum ditentukan, hal ini sudah pasti berdampak terhadap usaha tani kami, ujar Ana
Dikatakannya, sebelum ada pendemi Covid 19 di Kalimantan Selatan, omzet penjualannya sehari mencapai Rp 300.000, namun sekarang menurun menjadi Rp 50.000 itupun kalau ada yang membeli
Harga bunga mawar Rp. 100.000/kg (Rp. 200/kuntum sd Rp. 1.000/kuntum) sekarang hanya Rp. 32.000/kg (Rp. 50/kuntum) sama halnya dengan harga bunga Melati yang biasanya mencampai Rp. 48.000/kg (Rp. 4.000/gelas) sekarang turun menjadi Rp. 8.500/kg (Rp. 700/gelas), bahkan yang dulunya sebelum wabah ini pedagang rangkaian bunga di Pasar Martapura sangat rame karena kebutuhan masyarakat banjar akan Bunga sangat tinggi, tetapi sebaliknya pada saat kondisi sekarang dagangan mereka sepi pembeli
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kab. Banjar Ir. H. Muhammad Fachry, MP Mengatakan pada saat Covid 19 harga komoditas Hortikultura Seperti Horti Sayur, Horti Buah, dan Horti Biofarmaka harganya naik secara signifikan karena mengalami peningkatan permintaan yang pesat di tengah situasi pandemi saat ini.
Lain halnya dengan beberapa komoditas hortikultura di atas, permintaan konsumen di Kab. Banjar bahkan di Kalimantan selatan terhadap horti bunga/florikultura sangat rendah sehingga membuat harganya menjadi anjlok, hal ini dikarenakan Kalimantan selatan masuk zona merah penyebaran Covid 19, sehingga kepala daerah mengeluarkan surat ederan untuk menghambat penyebaran virus corona seperti himbauan stay at home, jaga jarak (social distancing) dan penundaan hajatan seperti pernikahan dan kegiatan lainnya yang biasanya membutuhkan bunga untuk dekorasi sangat berpengaruh secara signifikan terhadap daya serap konsumen akan bunga melati dan mawar, Kondisi seperti ini mungkin pertama kali dirasakan oleh petani yang sepi pembeli dan bahkan tidak laku sama sekali, kata Fahry
Untuk mengatasi kondisi seperti ini kami menyampaikan saran agar dilakukan pemeliharaan seperti pemangkasaan pada saat harga anjlok untuk mengurangi biaya pemeliharaan lainnya, sehingga diharapkan setelah wadah covid 19 ini berhenti petani bisa panen dari tanaman yang sudah dipangkasnya tadi. Selain itu petani bunga juga dianjurkan untuk tetap melakukan kegiatan pasca panen seperti membuat air mawar dan air melati untuk penyegar wajah, disamping produk olahan berbahan bunga lainnya seperti teh mawar, massage oil melati dan massage oil mawar yang merupakan produk yang sudah berhasil mereka olah.
Berbagai strategi terus kami lakukan untuk meningkatkan perekonomian petani bunga, baru-baru ini Bidang Teknologi Pertanian Pengolahan dan Pemasaran Dinas TPH Kab. Banjar melakukan pembinaan dan bimbingan kepada petani bunga di sentra pengembangan florikultura Kab. Banjar bagaimana cara membuat membuat Hand Sanitizer Aroma bunga Mawar dan Melati.
Petani disini pun sangat antusias dan bahagia mereka mampu membuat hand sanitizer yang nerupakan produk yang banyak dicari orang pada saat wabah ini, pungkas Fachry. (Nove)
Source:: DTPH